Stand
Up Comedy
Karya :
Nur Intan Permata S.
Namaku Yohanna Magdalena, aku
seorang siswa kelas 3 sekolah menengah pertama di salah satu SMP unggulan di
Makassar. Aku seorang anak yang pendiam dan tak mempunyai banyak teman. bisa
dibilang bahwa aku introvert. Aku
sering menuangkan isi pikiranku melalui social media, karena aku merasa lebih
nyaman di dunia virtual daripada di dunia nyata. Sampai saaatnya aku menyukai Stand Up Comedy. Ya, Stand Up Comedy, di
mana seseorang menyampaikan keresahan-keresahan yang dialaminya diselingi
dengan komedi. Aku sering menonton acara Stand
Up Comedy di salah satu stasiun televisi, bahkan saat sedang boring aku membuka youtube untuk melihat
aksi para komika (sebutan untuk pelaku stand
up comedy) melakukan aksinya. Tak jarang aku tertawa terbahak-bahak sendiri
saat menonton Stand Up Comedy. Hingga
akhirnya muncul keinginan dalam diriku untuk menjadi komika. Aku ingin
berlatih, aku ingin membuat orang lain tertawa dengan berbagai keresahan di
dalam diriku. Aku sadar bahwa aku tak punya bakat berbicara di depan banyak
orang, tapi bagaimanapun aku harus menyebrangi tembok yang membatasi diriku.
Sore itu ku lihat Ayah dan Ibu
sedang bersantai di balkon, aku menghampiri mereka.
“Ayah,Ibu.
Ada yang ingin ku sampaikan”
“Iya
Yohanna, ada apa?” kata Ayah memandangiku
“Aku
ingin masuk komunitas Stand Up Comedy Makassar, aku ingin berlatih teknik Stand Up Comedy” kataku
“Apa? Jangan mengada-ada kamu, buat apa kamu masuk
komunitas seperti itu? Lebih baik kamu belajar, kamu kan sebentar lagi akan
ujian nasional, ibu tidak mau tahu, kamu harus mendapatkan nilai bagus” ujar
ibuku yang seketika membungkam mulutku. Apa daya aku hanya bisa tertunduk
dihadapan mereka.
“Ya
sudah, kamu masuk kamar dan belajar, jangan lupa kerjakan tugasmu” Kata ayah
dengan nada yang sedikit membujuk. Aku sedikit mengerti pola pikir mereka, bagi
mereka pendidikan adalah segalanya. Tanpa kata-kata aku langsung naik ke
kamarku yang berada di lantai dua. Sejak sore itu, aku memutuskan untuk serius
belajar sesuai permintaan orangtuaku. Sering kali aku ingin melupakan tentang
Stand Up Comedy, tapi tetap saja aku menyukainya. Semakin keras aku ingin
melupakan semakin besar pula rasa sukaku terhadap Stand Up Comedy. Akhirnya aku
berfikir “Stand Up Comedy is my fashion,
I don’t care about your opinion”. Tanpa sepengetahuan orangtuaku, aku
mempelajari teknik stand up comedy melalui internet, keinginanku untuk masuk
komunitas biarlah ku pendam dulu.
Seiring dengan berjalannya waktu,
tak terasa aku sudah lulus SMP, dan syukurlah aku mendapatkan nilai bagus dan
menjadi salah satu dari siswa berprestasi. Ya, memang aku termasuk kategori
siswa yang pintar, khususnya dalam bidang
matematika dan fisika. Aku mendaftar di beberapa SMA di Makassar, tapi
tak ku sangka aku mendapat beasiswa di salah satu SMA ternama di Jakarta,
awalnya ku kira orangtuaku tak akan mengizinkan, tapi untungnya mereka memberi
izin untuk mengambil beasiswaku di Jakarta. Kebetulan di Jakarta kami punya
rumah yang ditinggali oleh Pak Rigen, Bu Annisa dan Wenny anak mereka, mereka
adalah orang yang dipercaya oleh orangtuaku untuk merawat rumah itu. Pagi itu
mereka mengantarku ke bandara.
“kalo
sampai langsung beri kabar ya, di Bandara Soekarno sudah ada Pak Rigen yang
akan menjemput kamu” kata ayah mengelus rambutku.
“jaga
kesehatan ya, jangan telat makan di sana, jangan bandel, harus rajin belajar”
kata ibuku.
“siap!
Aku akan ingat semua pesan kalian. Kalo begitu aku masuk dulu, pesawatku
berangkat sebentar lagi. Sampai jumpah Ayah, Ibu” aku pergi meninggalkan
mereka. Tak bisa ku pungkiri, aku merasa sedih harus tinggal jauh dari mereka,
mana lagi aku adalah anak tunggal mereka. Tapi apa boleh buat, aku pergi untuk
menuntut ilmu. Jangankan Jakarta, menuntut ilmu ke negeri Cina pun akan
kujabani, sesuai kata pepatah. Hihi.
Sudah 3 bulan aku tinggal di
Jakarta, suasana di sini memang jauh berbeda daripada suasana di Makassar. Aku
fikir Makassar adalah kota yang ramai, ternyata Jakarta adalah kota yang super
ramai dan langganan macet persis seperti yang ku nonton di berita TV dulu.
Sekolahku di Jakarta benar-benar keren, luas, siswanya pintar-pintar, ya
namanya juga sekolah unggulan. Dan seperti biasanya aku tak punya banyak teman
di sekolah, aku cuma berbicara pada teman kelasku. Tapi aku punya teman dekat,
bukan di sekolah, namun dia adalah tetanggaku, rumah kami sangat dekat, hingga
kami selalu berbincang di sore hari. Andai saja dia tidak cerewet dan easy going, mungkin kami tidak akan
pernah berteman, dia lihat aku pendiam makanya dia yang selalu membuka
pembicaraan di antara kami, dan akhirnya kami pun berteman. Oh iya, namanya
adalah Pia. Sore itu seperti biasanya Pia main ke rumah.
“Assalamualaikum…..
Yoan….” Teriak Pia sambil memencet bel rumahku
“Waalaikum
salam. Eh kak pia, cari kak Yoan? Kata kak Yoan tadi, kalo ada kakak disuruh
langsung ke kamarnya saja” kata Wenny yang membukakan pintu untuk Pia.
“oh
iya, terima kasih Wen”.
Wenny
anak Pak Rigen sekarang duduk di kelas 2 SMP, tak jarang juga dia ikut
berbincang bersama aku dan Pia di kamar, namun sore ini sepertinya dia sedang
banyak tugas sekolah jadi dia memilih untuk mengerjakannya. Di dalam kamarku
aku dan Pia berbincang-bincang tentang banyak hal.
“Yo,
aku sepertinya akan masuk komunitas” kata Pia
“Komunitas?
Komunitas apa?” tanyaku
“Komunitas
Stand Up Comedy” jawab Pia
“Haaaa?
Serius Pi? Kamu juga suka Stand Up Comedy?”
kataku, aku merasa senang karena ternyata Pia juga suka Stand Up Comedy
“Iya,
emang aku belum cerita ya? Hehe.. kamu juga suka? Bagaimana kalau kita
sama-sama masuk komunitas” katanya menawariku
“Aku
mau Pi, aku mau!” kataku , jujur saja aku sangat senang, karena di Makassar
dulu aku tak sempat masuk komunitas Stand
Up Comedy.
Kira-kira
seperti itulah percakapanku dengan Pia hingga aku dan dia resmi menjadi anggota
Komunitas Stand Up Comedy Indonesia
di Jakarta Barat, yang dikenal dengan Stand
Up Indo Jakbar. Yang membuatku semakin senang adalah komunitas inilah yang
melahirkan komika favoritku yaitu Indra Frimawan, finalis Stand Up Comedy
Indonesia season 5. Aku sering berkonsultasi dengan kak Indra tentang
materi-materiku, dia memberi banyak saran dan masukan kepadaku. Sedikit demi
sedikit aku sudah bisa berbicara di depan umum, meskipun kadang masih grogi,
tapi aku akan terus berlatih. Aku juga akan melatih teknik delivery, set up, punchline, dan sebagainya. Itu adalah
istilah-istilah yang ada dalam Stand Up
Comedy. Awalnya aku tidak mengerti dengan semua teknik itu, tapi aku tak
bosan untuk bertanya dan terus bertanya. Tak hanya aku yang mengalami
perubahan, Pia pun telah banyak berubah, bahkan menurutku dia lebih hebat
daripada aku karena Pia didukung dengan percaya dirinya bebicara di depan umum.
Meskipun aku ikut komunitas, aku
tetap memperhatikan nilai-nilai sekolahku. Di semester 1 ini aku mendapat
peringkat 2 di kelas, dan kata Ibuku semester depan aku harus mendapat
peringkat 1. Tetap saja aku tidak diperbolehkan masuk komunitas oleh orangtuaku,
tapi untungnya Pak Rigen dan Bu Annisa bisa diajak kompromi. Mereka berjanji
tak akan mengatakan kepada orangtuaku bahwa aku masuk komunitas Stand Up Comedy, dengan syarat aku harus
tetap memprioritaskan sekolahku. Tentu saja aku menyanggupinya, karena
menurutku pendidikan memang sangatlah penting. Dengan seiring berjalannya
waktu, aku dan Pia telah menguasai teknik dalam melakukan Stand Up Comedy, setiap minggu kami tampil di cafe bersama anggota Stand Up Indo Jakbar yang lainnya. Kami
juga terus berlatih dan berlatih untuk menghadapi audisi Stand Up Comedy Indonesia season 6 yang akan dilaksanakan 2 bulan
lagi. Aku, Pia, Intan, Dee, Rizki dan Raffy sering bertukar fikiran, saling
meminta pendapat tentang materi kami. Intan, Dee, Rizki dan Raffy adalah teman
baruku, mereka sama sepertiku, suka dengan Stand Up Comedy dan bergabung di
Stand Up Indo Jakbar untuk mengasah bakat mereka. Biar ku jelaskan sedikit
tentang mereka. Intan jago dalam menulis materi, namun dia sama sepertiku,
masih grogi untuk berbicara di depan umum. Dee bagus dalam menyampaikan materi,
namun materinya belum terlalu matang. Rizki jago sekali dalam membuat lelucon
dan membuat plesetan yang kadang tak terfikirkan oleh kita. Raffy adalah komika
yang ekspresif, mampu membuat kita masuk ke dalam materinya, Raffy juga percaya
diri karena didukung dengan fisik yang menurutku cukup memukau. Tapi harus
kuakui mereka adalah komika yang hebat. Dari kelebihan dan kekurangan kami,
kami saling melengkapi satu sama lain. Kadang terfikir olehku “Oh Tuhan, terima
kasih telah mengizinkan mereka masuk ke dalam hidupku”. Dengan Stand Up Comedy, aku ingin membuat
orangtuaku bangga terhadapku, bangga untuk mengakui bahwa aku inilah Yohanna
anak mereka, dan aku juga ingin merubah pandangan mereka tentang Stand Up Comedy.
Waktu terus bergulir dan tak terasa
audisi Stand Up Comey tinggal seminggu lagi. Persiapanku sudah
matang, materiku sudah ku hafal kata demi kata. Beberapa kali aku mencoba
materiku di depan Pak Rigen, Bu Annisa dan Wenny. Tak jarang mereka sakit perut
karena tertawa, saat mereka tertawa, ada kepuasaan tersendiri di dalam hatiku.
Inilah keinginanku, membuat mereka tertawa dengan keresahan-keresahan yang ada
di dalam diriku. Hari audisi pun tiba, tanganku terasa dingin, tentunya aku
grogi, tapi Pia terus menyemangatiku. Tak hanya aku dan Pia yang ikut audisi
ini, anggota Stand Up Indo Jakbar yang lainnya juga mengikuti audisi ini,
termasuk Intan, Dee, Rizki dan Raffy. Ah sekarang adalah giliranku untuk
memasuki ruang audisi, di mana jurinya adalah idolaku yaitu Indro dan Raditya
Dika. Senang sekaligus gugup dinilai oleh idola sendiri. 10 menit aku tampil
dengan materi-materiku di depan mereka, melemparkan lelucon-lelucon, dan betapa
beruntungnya aku, aku dapat golden ticket.
Aku seperti mimpi, tak ku sangka audisi pertamaku aku lolos ke babak
selanjutnya. Sama seperti diriku, Pia pun demikian, dia juga mendapatkan golden ticket. Bagaimana dengan Intan,
Dee, Rizki dan Raffy? Ya tentu saja mereka juga lolos ke babak selanjutnya.
Bagaimana tidak, mereka telah banyak pengalaman dalam dunia Stand Up Comedy. Ini adalah audisi kedua
bagi Intan dan Rizki, dan audisi ketiga bagi Dee dan Raffy.
Singkat cerita kompetisi Stand Up
Comedy Indonesia season 6 telah mendapatkan jawaranya. Sang jawaranya adalah
Rizki, sedangkan Raffy mendapat juara 3, Dee juara 6, Intan juara 7, dan Pia
juara 10. Bagaimana dengan aku? Aku dikalahkan oleh Rizki saat grand final atau lebih tepatnya aku
mendapatkan juara 2. Meskipun tak dapat juara 1 aku merasa senang, aku bisa
membuat orang lain tertawa, dan yang membuatku sangat senang adalah orangtuaku
telah menganggap Stand Up Comedy
adalah kegiatan positif, bahkan saat grand
final mereka datang ke Jakarta untuk mendukungku.
“Yohanna,
Ayah dan Ibu minta maaf karena telah salah menilai Stand Up Comedy. Sekarang kami telah mengerti mengapa kamu suka dan
senang terhadap Stand Up Comedy, satu
hal yang harus kamu tahu, Ayah dan Ibu bangga punya kamu.” Kata ayah yang
membuat mataku berkaca-kaca, tanpa sepatah katapun aku sontak memeluk mereka
berdua. Dan bagaimana kehidupanku selanjutnya? Aku mendapat banyak panggilan
untuk mengisi acara di beberapa stasiun TV dan jangan salah walau jadwalku
padat, aku tetap mendapatkan peringkat di sekolah, meskipun sangat sulit bagiku
untuk membagi waktu. Sama halnya dengan aku. Pia, Intan, Dee, Rizki dan Raffy
juga mendapat banyak panggilan, meskipun demikian tak jarang kami meluangkan
waktu untuk sekedar bertemu dan melepas rindu. Bahkan awal bulan ini kami akan
membuat project bersama, kami akan tour ke seluruh kota untuk meyapa semua
penikmat Stand Up kami di seluruh nusantara. Tahun depan kami akan membuat film
komedi bersama-sama, dengan menggandeng beberapa artis dan komedian lainnya. Aku
tak pernah menyangka bahwa aku akan jadi seperti sekarang ini, dikenal banyak
orang, dan aku sangat percaya bahwa rencana Tuhan selalu yang terbaik.
------------------------------ --------------------
Gua terhuraa ya Ncan ma cerpen lo nanti kapan gua ikut posting di blog ini juga tunggu ya ^^
BalasHapusHihi cerpennya masih banyak kekurangan kak, ditggu kak^^
HapusKak inchaaan ngepost lagii dong :))) Dedeq ketagihan :v
BalasHapusAudy suka ga?^^
Hapuskalo nanti ada waktu luang, bikin cerpen lagi deh ya. hehe:*
Sukaa kak :)) sukaa! Siip :) Ditunggu ya kak:*
HapusAm kraying bikos of dis :'))
BalasHapusam kraying rid yur koment :")
HapusKA INCHAAAAN INITUH BAGUSSS���� Post lagi yaaa huehehe
BalasHapusALHAMDULILLAH:* nanti kalau ada post-an baru baca lagi yah winaaaa.
HapusJuara 10 :') aamiinkanlah ..... :")))
BalasHapusjuara 7, alhamdulillah kan lahhhhh :v
HapusMantaaaaap
BalasHapusthank u yaaaaaa.
HapusEits cieee intan....
BalasHapusBagus kok, postingan selanjutny dtunggu y, Tan.
Seeemangat
makasih ver, tunggu postingan selanjutnya dari aku dan yang lainnyaaaaa ^^
HapusKeren... Like it 👍☺
BalasHapusmakasih qy, sering-sering berkunjung yaa^^
Hapuswkwkwk. cerpan betul intang hahah
BalasHapushahahaha, kan judulnya saya tulis "cerpan" :p
Hapusmakasih sudah meluangkan waktunya untuk berkunjung qaqa..
A6 A6 705555 10an
BalasHapusgua tunggu kak :*
BalasHapus