Rabu, 28 Oktober 2015

Ini bukan cerpen (cerita pendek), tapi ini adalah cerpan (cerita panjang).

Stand Up Comedy
Karya : Nur Intan Permata S.

            Namaku Yohanna Magdalena, aku seorang siswa kelas 3 sekolah menengah pertama di salah satu SMP unggulan di Makassar. Aku seorang anak yang pendiam dan tak mempunyai banyak teman. bisa dibilang bahwa aku introvert. Aku sering menuangkan isi pikiranku melalui social media, karena aku merasa lebih nyaman di dunia virtual daripada di dunia nyata. Sampai saaatnya aku menyukai Stand Up Comedy. Ya, Stand Up Comedy, di mana seseorang menyampaikan keresahan-keresahan yang dialaminya diselingi dengan komedi. Aku sering menonton acara Stand Up Comedy di salah satu stasiun televisi, bahkan saat sedang boring aku membuka youtube untuk melihat aksi para komika (sebutan untuk pelaku stand up comedy) melakukan aksinya. Tak jarang aku tertawa terbahak-bahak sendiri saat menonton Stand Up Comedy. Hingga akhirnya muncul keinginan dalam diriku untuk menjadi komika. Aku ingin berlatih, aku ingin membuat orang lain tertawa dengan berbagai keresahan di dalam diriku. Aku sadar bahwa aku tak punya bakat berbicara di depan banyak orang, tapi bagaimanapun aku harus menyebrangi tembok yang membatasi diriku. 
            Sore itu ku lihat Ayah dan Ibu sedang bersantai di balkon, aku menghampiri mereka.
“Ayah,Ibu. Ada yang ingin ku sampaikan”
“Iya Yohanna, ada apa?” kata Ayah memandangiku
“Aku ingin masuk komunitas Stand Up Comedy Makassar, aku ingin berlatih teknik Stand Up Comedy”  kataku
“Apa?  Jangan mengada-ada kamu, buat apa kamu masuk komunitas seperti itu? Lebih baik kamu belajar, kamu kan sebentar lagi akan ujian nasional, ibu tidak mau tahu, kamu harus mendapatkan nilai bagus” ujar ibuku yang seketika membungkam mulutku. Apa daya aku hanya bisa tertunduk dihadapan mereka.
“Ya sudah, kamu masuk kamar dan belajar, jangan lupa kerjakan tugasmu” Kata ayah dengan nada yang sedikit membujuk. Aku sedikit mengerti pola pikir mereka, bagi mereka pendidikan adalah segalanya. Tanpa kata-kata aku langsung naik ke kamarku yang berada di lantai dua. Sejak sore itu, aku memutuskan untuk serius belajar sesuai permintaan orangtuaku. Sering kali aku ingin melupakan tentang Stand Up Comedy, tapi tetap saja aku menyukainya. Semakin keras aku ingin melupakan semakin besar pula rasa sukaku terhadap Stand Up Comedy. Akhirnya aku berfikir “Stand Up Comedy is my fashion, I don’t care about your opinion”. Tanpa sepengetahuan orangtuaku, aku mempelajari teknik stand up comedy melalui internet, keinginanku untuk masuk komunitas biarlah ku pendam dulu. 
            Seiring dengan berjalannya waktu, tak terasa aku sudah lulus SMP, dan syukurlah aku mendapatkan nilai bagus dan menjadi salah satu dari siswa berprestasi. Ya, memang aku termasuk kategori siswa yang pintar, khususnya dalam bidang  matematika dan fisika. Aku mendaftar di beberapa SMA di Makassar, tapi tak ku sangka aku mendapat beasiswa di salah satu SMA ternama di Jakarta, awalnya ku kira orangtuaku tak akan mengizinkan, tapi untungnya mereka memberi izin untuk mengambil beasiswaku di Jakarta. Kebetulan di Jakarta kami punya rumah yang ditinggali oleh Pak Rigen, Bu Annisa dan Wenny anak mereka, mereka adalah orang yang dipercaya oleh orangtuaku untuk merawat rumah itu. Pagi itu mereka mengantarku ke bandara.
“kalo sampai langsung beri kabar ya, di Bandara Soekarno sudah ada Pak Rigen yang akan menjemput kamu” kata ayah mengelus rambutku.
“jaga kesehatan ya, jangan telat makan di sana, jangan bandel, harus rajin belajar” kata ibuku.
“siap! Aku akan ingat semua pesan kalian. Kalo begitu aku masuk dulu, pesawatku berangkat sebentar lagi. Sampai jumpah Ayah, Ibu” aku pergi meninggalkan mereka. Tak bisa ku pungkiri, aku merasa sedih harus tinggal jauh dari mereka, mana lagi aku adalah anak tunggal mereka. Tapi apa boleh buat, aku pergi untuk menuntut ilmu. Jangankan Jakarta, menuntut ilmu ke negeri Cina pun akan kujabani, sesuai kata pepatah. Hihi. 
            Sudah 3 bulan aku tinggal di Jakarta, suasana di sini memang jauh berbeda daripada suasana di Makassar. Aku fikir Makassar adalah kota yang ramai, ternyata Jakarta adalah kota yang super ramai dan langganan macet persis seperti yang ku nonton di berita TV dulu. Sekolahku di Jakarta benar-benar keren, luas, siswanya pintar-pintar, ya namanya juga sekolah unggulan. Dan seperti biasanya aku tak punya banyak teman di sekolah, aku cuma berbicara pada teman kelasku. Tapi aku punya teman dekat, bukan di sekolah, namun dia adalah tetanggaku, rumah kami sangat dekat, hingga kami selalu berbincang di sore hari. Andai saja dia tidak cerewet dan easy going, mungkin kami tidak akan pernah berteman, dia lihat aku pendiam makanya dia yang selalu membuka pembicaraan di antara kami, dan akhirnya kami pun berteman. Oh iya, namanya adalah Pia. Sore itu seperti biasanya Pia main ke rumah.
“Assalamualaikum….. Yoan….” Teriak Pia sambil memencet bel rumahku
“Waalaikum salam. Eh kak pia, cari kak Yoan? Kata kak Yoan tadi, kalo ada kakak disuruh langsung ke kamarnya saja” kata Wenny yang membukakan pintu untuk Pia.
“oh iya, terima kasih Wen”.
Wenny anak Pak Rigen sekarang duduk di kelas 2 SMP, tak jarang juga dia ikut berbincang bersama aku dan Pia di kamar, namun sore ini sepertinya dia sedang banyak tugas sekolah jadi dia memilih untuk mengerjakannya. Di dalam kamarku aku dan Pia berbincang-bincang tentang banyak hal.
“Yo, aku sepertinya akan masuk komunitas” kata Pia
“Komunitas? Komunitas apa?” tanyaku
“Komunitas Stand Up Comedy” jawab Pia
“Haaaa? Serius Pi? Kamu juga suka Stand Up Comedy?” kataku, aku merasa senang karena ternyata Pia juga suka Stand Up Comedy
“Iya, emang aku belum cerita ya? Hehe.. kamu juga suka? Bagaimana kalau kita sama-sama masuk komunitas” katanya menawariku
“Aku mau Pi, aku mau!” kataku , jujur saja aku sangat senang, karena di Makassar dulu aku tak sempat masuk komunitas Stand Up Comedy.
Kira-kira seperti itulah percakapanku dengan Pia hingga aku dan dia resmi menjadi anggota Komunitas Stand Up Comedy Indonesia di Jakarta Barat, yang dikenal dengan Stand Up Indo Jakbar. Yang membuatku semakin senang adalah komunitas inilah yang melahirkan komika favoritku yaitu Indra Frimawan, finalis Stand Up Comedy Indonesia season 5. Aku sering berkonsultasi dengan kak Indra tentang materi-materiku, dia memberi banyak saran dan masukan kepadaku. Sedikit demi sedikit aku sudah bisa berbicara di depan umum, meskipun kadang masih grogi, tapi aku akan terus berlatih. Aku juga akan melatih teknik delivery, set up, punchline, dan sebagainya. Itu adalah istilah-istilah yang ada dalam Stand Up Comedy. Awalnya aku tidak mengerti dengan semua teknik itu, tapi aku tak bosan untuk bertanya dan terus bertanya. Tak hanya aku yang mengalami perubahan, Pia pun telah banyak berubah, bahkan menurutku dia lebih hebat daripada aku karena Pia didukung dengan percaya dirinya bebicara di depan umum. 
            Meskipun aku ikut komunitas, aku tetap memperhatikan nilai-nilai sekolahku. Di semester 1 ini aku mendapat peringkat 2 di kelas, dan kata Ibuku semester depan aku harus mendapat peringkat 1. Tetap saja aku tidak diperbolehkan masuk komunitas oleh orangtuaku, tapi untungnya Pak Rigen dan Bu Annisa bisa diajak kompromi. Mereka berjanji tak akan mengatakan kepada orangtuaku bahwa aku masuk komunitas Stand Up Comedy, dengan syarat aku harus tetap memprioritaskan sekolahku. Tentu saja aku menyanggupinya, karena menurutku pendidikan memang sangatlah penting. Dengan seiring berjalannya waktu, aku dan Pia telah menguasai teknik dalam melakukan Stand Up Comedy, setiap minggu kami tampil di cafe bersama anggota Stand Up Indo Jakbar yang lainnya. Kami juga terus berlatih dan berlatih untuk menghadapi audisi Stand Up Comedy Indonesia season 6 yang akan dilaksanakan 2 bulan lagi. Aku, Pia, Intan, Dee, Rizki dan Raffy sering bertukar fikiran, saling meminta pendapat tentang materi kami. Intan, Dee, Rizki dan Raffy adalah teman baruku, mereka sama sepertiku, suka dengan Stand Up Comedy dan bergabung di Stand Up Indo Jakbar untuk mengasah bakat mereka. Biar ku jelaskan sedikit tentang mereka. Intan jago dalam menulis materi, namun dia sama sepertiku, masih grogi untuk berbicara di depan umum. Dee bagus dalam menyampaikan materi, namun materinya belum terlalu matang. Rizki jago sekali dalam membuat lelucon dan membuat plesetan yang kadang tak terfikirkan oleh kita. Raffy adalah komika yang ekspresif, mampu membuat kita masuk ke dalam materinya, Raffy juga percaya diri karena didukung dengan fisik yang menurutku cukup memukau. Tapi harus kuakui mereka adalah komika yang hebat. Dari kelebihan dan kekurangan kami, kami saling melengkapi satu sama lain. Kadang terfikir olehku “Oh Tuhan, terima kasih telah mengizinkan mereka masuk ke dalam hidupku”. Dengan Stand Up Comedy, aku ingin membuat orangtuaku bangga terhadapku, bangga untuk mengakui bahwa aku inilah Yohanna anak mereka, dan aku juga ingin merubah pandangan mereka tentang Stand Up Comedy.
            Waktu terus bergulir dan tak terasa audisi Stand Up Comey  tinggal seminggu lagi. Persiapanku sudah matang, materiku sudah ku hafal kata demi kata. Beberapa kali aku mencoba materiku di depan Pak Rigen, Bu Annisa dan Wenny. Tak jarang mereka sakit perut karena tertawa, saat mereka tertawa, ada kepuasaan tersendiri di dalam hatiku. Inilah keinginanku, membuat mereka tertawa dengan keresahan-keresahan yang ada di dalam diriku. Hari audisi pun tiba, tanganku terasa dingin, tentunya aku grogi, tapi Pia terus menyemangatiku. Tak hanya aku dan Pia yang ikut audisi ini, anggota Stand Up Indo Jakbar yang lainnya juga mengikuti audisi ini, termasuk Intan, Dee, Rizki dan Raffy. Ah sekarang adalah giliranku untuk memasuki ruang audisi, di mana jurinya adalah idolaku yaitu Indro dan Raditya Dika. Senang sekaligus gugup dinilai oleh idola sendiri. 10 menit aku tampil dengan materi-materiku di depan mereka, melemparkan lelucon-lelucon, dan betapa beruntungnya aku, aku dapat golden ticket. Aku seperti mimpi, tak ku sangka audisi pertamaku aku lolos ke babak selanjutnya. Sama seperti diriku, Pia pun demikian, dia juga mendapatkan golden ticket. Bagaimana dengan Intan, Dee, Rizki dan Raffy? Ya tentu saja mereka juga lolos ke babak selanjutnya. Bagaimana tidak, mereka telah banyak pengalaman dalam dunia Stand Up Comedy. Ini adalah audisi kedua bagi Intan dan Rizki, dan audisi ketiga bagi Dee dan Raffy. 
            Singkat cerita kompetisi Stand Up Comedy Indonesia season 6 telah mendapatkan jawaranya. Sang jawaranya adalah Rizki, sedangkan Raffy mendapat juara 3, Dee juara 6, Intan juara 7, dan Pia juara 10. Bagaimana dengan aku? Aku dikalahkan oleh Rizki saat grand final atau lebih tepatnya aku mendapatkan juara 2. Meskipun tak dapat juara 1 aku merasa senang, aku bisa membuat orang lain tertawa, dan yang membuatku sangat senang adalah orangtuaku telah menganggap Stand Up Comedy adalah kegiatan positif, bahkan saat grand final mereka datang ke Jakarta untuk mendukungku.
“Yohanna, Ayah dan Ibu minta maaf karena telah salah menilai Stand Up Comedy. Sekarang kami telah mengerti mengapa kamu suka dan senang terhadap Stand Up Comedy, satu hal yang harus kamu tahu, Ayah dan Ibu bangga punya kamu.” Kata ayah yang membuat mataku berkaca-kaca, tanpa sepatah katapun aku sontak memeluk mereka berdua. Dan bagaimana kehidupanku selanjutnya? Aku mendapat banyak panggilan untuk mengisi acara di beberapa stasiun TV dan jangan salah walau jadwalku padat, aku tetap mendapatkan peringkat di sekolah, meskipun sangat sulit bagiku untuk membagi waktu. Sama halnya dengan aku. Pia, Intan, Dee, Rizki dan Raffy juga mendapat banyak panggilan, meskipun demikian tak jarang kami meluangkan waktu untuk sekedar bertemu dan melepas rindu. Bahkan awal bulan ini kami akan membuat project bersama, kami akan tour ke seluruh kota untuk meyapa semua penikmat Stand Up kami di seluruh nusantara. Tahun depan kami akan membuat film komedi bersama-sama, dengan menggandeng beberapa artis dan komedian lainnya. Aku tak pernah menyangka bahwa aku akan jadi seperti sekarang ini, dikenal banyak orang, dan aku sangat percaya bahwa rencana Tuhan selalu yang terbaik.



--------------------------------------------------

21 komentar:

  1. Gua terhuraa ya Ncan ma cerpen lo nanti kapan gua ikut posting di blog ini juga tunggu ya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi cerpennya masih banyak kekurangan kak, ditggu kak^^

      Hapus
  2. Kak inchaaan ngepost lagii dong :))) Dedeq ketagihan :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Audy suka ga?^^
      kalo nanti ada waktu luang, bikin cerpen lagi deh ya. hehe:*

      Hapus
    2. Sukaa kak :)) sukaa! Siip :) Ditunggu ya kak:*

      Hapus
  3. KA INCHAAAAN INITUH BAGUSSS���� Post lagi yaaa huehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ALHAMDULILLAH:* nanti kalau ada post-an baru baca lagi yah winaaaa.

      Hapus
  4. Juara 10 :') aamiinkanlah ..... :")))

    BalasHapus
  5. Eits cieee intan....
    Bagus kok, postingan selanjutny dtunggu y, Tan.
    Seeemangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih ver, tunggu postingan selanjutnya dari aku dan yang lainnyaaaaa ^^

      Hapus
  6. Balasan
    1. makasih qy, sering-sering berkunjung yaa^^

      Hapus
  7. Balasan
    1. hahahaha, kan judulnya saya tulis "cerpan" :p
      makasih sudah meluangkan waktunya untuk berkunjung qaqa..

      Hapus